2 Feb 2012

CINTA YANG SUCI LAGI MURNI

Simpul dari pada Pengetahuan ttng ISLAM terdiri dari Syari’at, Thoriqot, Haqiqat dan Ma’rifat yang kesemuanya tiada terlepas dari pada Fiqih, Tauhid dan Tassawuf. Dengan menuntut Ilmu, seseorang belajar dan berjalan untuk mengarungi Kehidupan ini untuk “kembali” kepada Sumber Kehidupan. “Kembali” adalah Fitrah dari setiap Diri yang telah mengembara melalang Buana di Alam Antah berantah, namun tentu saja ada yang menyadari akan ke-Fitrahan itu dan ada juga yang tidak.
Se-iring dengan tumbuhnya Kesadaran pada diri, Ilmu sangat berperan sebagai petunjuk Jalan dan Amal sebagai Penyemangat Jiwa untuk tetap Istiqomah dalam mencapai Tujuan yaitu “kembali”. Namun Ilmu dan Amal dapat berubah menjadi CAMBUK YANG DAPAT MENYIKSA DIRI SENDIRI apabila tiada disertai ke-TULUS-an yg di dalamnya memuat Inti Sari Ketenangan Jiwa yiatu : IKHLAS, SABAR, TAWAKKAL, RIDHO. Dan ke-TULUS-an adalah Bibit dari pada CINTA yang SUCI lagi MURNI.

Belumlah dikatakan CINTA yang SUCI lagi MURNI jika tiada ke-TULUS-an di dalamnya. Maka setinggi apapun Ilmu yg di tuntut dan sebanyak apapun Amal yang dilakukan tanpa di sertai ke-TULUS-an tidaklah didapatkan CINTA yang SUCI lagi MURNI namun yang di dapat adalah CINTA yang penuh ke-PALSU-an dan ke-MUNAFIK-an yang akan menjadi Siksa pada dirinya sendiri baik tersadari maupun tidak.
CINTA itu awalnya SUCI karena datang dari SANG MAHA SUCI…
CINTA itu awalnya MURNI karena datang dari SANG MAHA MURNI…
Maka…untuk kembali kepada SANG MAHA SUCI dan MAHA MURNI tentunya Mutlak haruslah Lebur di dalam CINTA yang SUCI lagi MURNI.
Para ‘Arifbillah yang telah Karam di dalam CINTA yang SUCI lagi MURNI, baginya “LAA KHOUFUN ‘ALIHIM WA LAA HUM YAHZANUUN” Tiada Takut dan Gentar padanya sedikitpun serta tiada berduka Cita padanya sedikitpun juga (dalam pengertian yang sangat Luas).
Adapun bagi yang terjebak kedalam CINTA yang penuh ke-PALSU-an dan ke-MUNAFIK-an, baginya selalu diliputi oleh RASA PENASARAN-PENASARAN(dalam pengertian yang sangat Luas), sehingga menjadikan Bathinnya senantiasa tidak ada KETENANGAN dan selalu di-HANTU-i oleh SYAK WASANGKA baik tersadari maupun tiada tersadari. Sesungguhnya…SYAK WASANGKA itu merusak ke-IMAN-an dan ke-YAKIN-an pada diri seseorang dengan sangat halus dan lembutnya sehingga tanpa tersadari ke-IMAN-an dan ke-YAKIN-annya telah dikendalikan oleh HAWA NAFSU.
—————————————-OOOOOOOOOOOOOOOOOO—————————————
Semoga….ALLAH SWT pada NUR-NYA yang menjadi Rahmat sekalian Alam dan dengan HAQQUL HAQIQI yang tersirat pada MUHAMMAD AL-MUSTHOFA, memelihara kita semua dalam Pemeliharaan-NYA yang tiada keragu-raguan di dalamnya dengan ke-Yakinan-NYA yang SUCI lagi SEJATI dan menghantarkan diri kepada CINTA yang SUCI lagi MURNI

Tidak ada komentar: