Akhir-akhir ini aku lebih sering menghirup nafas panjang. Rasanya rongga dadaku tersekat oleh sesuatu yang aku tidak tau pasti itu apa. Aku juga lebih sering melamun dan mengerutkan kening hingga kedua alis mataku yang tak begitu rapi saling beradu seperti akan berkelahi.
Apa yang aku fikirkan terkadang timbul dalam bentuk kesadaran pasti, tapi kadang-kadang juga dia berubah wujud menjadi sesuatu yang tak pandai aku jelaskan. Hm, apa karena aku tidak memiliki kegiatan berarti makanya sering terjadi pertentangan antara batin dan fisik yang sudah biasa sibuk dan kelelahan ini.
Sebenanya aku punya kegiatan dan jadwal-jadwal tetap selama liburan ini. Mulai dari bangun pagi, shalat subuh, berbelanja kebutuhan dapur, memasak, mengantarkan bekal makan siang untuk papaku, nyuci piring, beres-beres rumah dan lain sebagainya. Tapi kenapa semuanya terasa begitu sangat enteng dan tak special lagi. Aku merasa kegiatan seperti itu tak berarti dan tak ada maknanya. Terlalu biasa dan sangat gampang untukku selesaikan. Saat ini, yang aku inginkan adalah kegiatan yang bisa memacu semangatku, memotivasi hidupku, menguras tenaga dan pikiran, membuatku lelah, letih, dan lupa akan waktu yang berjalan detik perdetik. Aku ingin sebuah ide gila yang mengharuskanku melakukan sesuatu yang berat dengan hasil yang nantinya akan dapat memuaskan batinku. Tapi apa? I do not know..!!!
Tadi pagi, ketika aku berkeliling pasar untuk membeli bahan-bahan masakan yang akan aku olah menjadi makanan lezat, aku teringat pada toko buku yang sering aku kunjungi, apalagi disaat-saat libur seperti ini. Baru beberapa bulan meninggalkan kampung halaman, ternyata sudah banyak buku-buku baru yang terbit dan diciptakan oleh penulis-penulis hebat. Cukup lama aku terpaku di toko tersebut sambil mencari-cari buku mana yang hari ini mampu memcuri hatiku. Dengan berfokus pada sinopsis yang ada di cover belakangnya, akhirnya aku menemukan satu buku yang aku beli dengan penuh keraguan. Ya, aku begitu ragu membeli buku yang saat ini masih terkemas rapi di atas meja belajarku. Sebenarnya bukan ragu dengan isinya, tapi ragu dengan pilihan untuk hari ini. Ragu memilih mana yang paling bagus, apakah buku yang sudah menjadi milikku itu, ataukah buku yang masih tertinggal di toko langgananku. Saat melihat semua buku yang tersusun rapi di toko tersebut, aku ingin memungut semua yang ada dan ingin ku bawa pulang, tapi apalah daya, uangku tak cukup, hanya tersisa untuk membeli kentang dan cabe hijau saja. Lagian aku yakin, keinginan yang berlebihan seperti itu hanyalah nafsu semata. Bagaimanapun tetap buku yang sudah menjadi milikku saat ini adalah yang terbaik.
Sesampainya di rumah, hasrat untuk membaca tak kunjung menghantuiku. Entah kenapa, yang aku inginkan saat ini bukanlah membaca buku, tapi lebih tertarik untuk menulis sebuah buku. Aku benar-benar tak menyentuh sedikitpun buku yang aku beli tadi, tapi malah membuka laptopku dan mengetik apa saja yang sedang aku fikirkan. Beberapa kali ku rangkai kalimat pendek yang kemudian langsung ku hapus dan ku ketik lagi dengan rangkaian kata yang berbeda. Tidak ada ide, tidak ada konsep, tidak ada topik atapun judul tulisan, namun hati ini tetap ingin menulis dan menulis. Aku begitu iri pada penulis-penulis hebat yang bisa dengan mudahnya menulis beratus-ratus halaman buku bahkan sampai ribuan. Aku benar-benar iri. Aku benar-benar ingin seperti mereka. Tapi tak semua keinginan tersebut bisa langsung terwujud saat ini juga. Aku sadar, mana mungkin hanya karena hari ini ingin menulis buku lalu aku langsung bisa menciptakan sebuah buku. Benar-benar tidak akan mungkin, apalagi tanpa konsep dan ide yang jelas. Aku butuh proses dan pembelajaran yang lebih baik lagi. Aku butuh latihan dan ketekunan yang lebih ulet lagi untuk mencapai sesuatu yang aku inginkan tersebut. Segala sesuatunya harus dimulai dengan niat dan perencanaan yang baik, dilalui dengan proses yang tak akan selalu berjalan mulus dan lancar, serta diakhiri dengan hasil yang didapat sesuai usaha dan proses tersebut. Boleh saja saat ini aku merasa iri pada mereka, iri dalam ruang lingkup yang positive sebagai sarana untuk memotivasi diri ini agar bisa mewujudkan cita-cita yang baik itu. Rasa iri yang akan semakin membakar semangat ini untuk bisa belajar dan menjadi lebih baik lagi.
Hm, baiklah… Mungkin dari tulisan yang acak-acakan, tanpa judul ataupun konsep, serta diisi dengan keluh kesah seperti ini, aku bisa belajar sedikit demi sedikit. Belajar dari sesuatu yang sederhana dan simple. Belajar sari sebuah kesalahan-kesalahan yang harus dikoreksi dan diperbaiki agar nantinya bisa menghasilkan sesuatu yang lebih baik dan bisa memuaskan hati ini…!! Amin…!!
Tidak ada komentar:
Posting Komentar