2 Feb 2012

Kesucian Hati Membawa Berkah

Oleh:
Teguh Prasetyo
Kisah ini NYATA adanya, tanpa bumbu-bumbu penyedap yang bisa membius lidah pembaca. Bukan kesombongan...pun bukan kemunafikan. Hanya kesederhanaan tanpa konsep, tanpa tumpukan buku...pun tanpa perlu membuka kitab-kitab strata 123. Ku coba menuangkan secara lugas dan apa adanya. Semoga ini bisa menjadikan perenungan buat kita semua...

Kala kejadian ini berlangsung, seolah hati yang ada di dalam tubuh ini tak tergores sedikitpun rasa tamak, rasa rakus, rasa ingin memiliki...dan rasa congkak. Namun setelahnya aku baru menyadari....kenapa aku bisa bersikap seperti itu. Apa yang terjadi? Hingga sekarangpun aku tak tahu....

Hingga kini...aku merasakan bahwa kejadian ini adalah sebuah peristiwa dengan kesucian hati tingkat tinggi yang pernah aku alami...dan aku ingin menjadi seperti itu lagi. Benar-benar bersih, sebuah hati yang suci adalah sebuah hati yang terbungkus rapat-rapat oleh norma-norma dan dipagari oleh panji-panji Allah Subhanahu wa Ta’ala.

Sebelum aku bercerita, mohon ambil makna kejadian ini dan cermati hikmahnya, karena aku tidak menginginkan label atas diriku yang mengalami, tapi hanya ingin berbagi kisah yang menurutku sangat baik untuk dijadikan tauladan ataupun pembelajaran tentang makna hidup.

CERITANYA :

Siang itu, aku berniat ke warnet untuk melihat info lowongan kerja. Warnet masih sangat jarang waktu itu, yang terdekat dengan jarak rumahku hampir 2,5 km. Aku masih pengangguran saat itu. Tak punya uang sama sekali....bokek full!!! Ku tunggu saja mami pulang dari kerja. Jam 1 siang mami pulang dari kerja. Aku langsung minta uang 5000 rupiah untuk ke warnet. Meski mami ngomel-ngomel, beliau tetap ngasih uang, karena buat lihat lowongan kerja mami pasti ngasih.

Aku ambil sepeda gunungku yang mulai usang, tapi dengan sepeda inilah aku bisa main kemana-mana tanpa ngeluarin ongkos bensin. Aku kayuh sepedaku, sengatan matahari tak kuhiraukan. Lama di bandung membuat kulitku putih bersih, jadi aku tantang matahari untuk menyengatku, tp nyesel juga sekarang jadi coklat gini...ha..ha...!

Di depan perempatan rumah sakit yang pernah memberikan aku bea siswa, aku berhenti, lampu merah masih menyala. Ku lihat ada sepasang pemuda disebelahku naik motor, yang dibelakang rambutnya gondrong. Lampu traffic light berwarna hijau. Lima kali kayuh ternyata tak sebanding dengan satu sentakkan gas motor kedua orang itu. Huhhhh...keringat mulai berjatuhan...karena panas dan capek mengayuh.

Aku mencoba mendahului motor itu, sebuah pemaksaan saja, percuma....sia-sia belaka. Sepeda punya kekuatan sebatas itu saja...kalau untuk balapan dengan motor tentunya adalah mustahil. Saat 10 meter dari perempatan, aku tiba-tiba secara refleks mengerem sepedaku, tapi remnya kurang pakem, akhirnya aku menghambat pedal yang ternyata bergerigi sehingga kakiku tertembus gerigi itu. Yah...kakiku berdarah, tapi aku bisa berhenti dengan menahan sakitnya kaki karena tertancap gerigi pedal.

Untung saja dibelakangku tak banyak kendaraan. Di depanku ada 2 orang abang becak yang sedang nge-tem nunggu penumpang. Sebetulnya alasanku menghentikan laju sepedaku adalah karena sekilas aku melihat secarik kertas berwarna merah. Makanya aku langsung memaksakan diri menghentikan laju sepedaku. Tanpa kusadar, darah mengucur dari kakiku sebelah kanan. Aku berhenti tepat di atas secarik kertas warna merah yang tak lain adalah uang 100 ribu rupiah.

Uang itu langsung aku ambil dengan cepat. Semuanya berjalan cepat dan spontan. Herannya tak ada seorangpun yang tahu bahwa di situ ada uang 100 ribu tak bertuan. Jalanan sepi.... Uang itu langsung aku pegang pakai tangan kanan. Saat itu seandainya naluri manusia normal, harusnya aku membalikkan arah sepedaku, pulang ke rumah. Tapi entah kenapa tak sedikitpun ada rasa ingin berbuat seperti itu. Bahkan tidak ada pikiran jelek waktu itu, padahal tak seorangpun melihat aku memungut uang itu. Aneh pikirku....

Aku agak maju ke depan berusaha minggir dari jalan. Dalam hatiku aku cuma memanjatkan doa pada Allah SWT. Batinku masih tak terbersit rasa ingin memiliki.

"Ya Allah, jika dalam beberapa menit ada orang kembali dan menanyakan uang ini, aku pasti akan berikan. Tapi jika orang itu ternyata bukan pemilik uang ini tapi dia menerimanya, berikan dia hukuman atas perbuatannya ini!"

Benar saja naluriku, sekejap ada yang kembali. Ternyata dua orang yang berboncengan, yang naik motor sedari perempatan ada di sebelahku. Yang dibelakang berambut gondrong. Mereka langsung menghampiriku dan saling memandang tajam. Si gondrong menatapku dengan tersenyum. Tangan kananku masih menggenggam uang itu, hatiku tak lepas mendoakan agar uang itu jatuh ke tangan yang tepat alias si yang punya. Beberapa detik aku menatap dua orang itu sembari "mengunci" uang tersebut.

Sebelum dua orang itu bertanya, aku sudah mengeluarkan suaraku.

"Apa mas..?? Uang??" tanyaku cepat.

Dua orang itu cuma tersenyum...tidak memperlihatkan keheranan. Mereka cuma terkejut dan kaget saat melihat ulahku secara spontan.

"Nih.....mas!" tanganku mengulurkan uang 100 ribu yang dari tadi aku pegang erat-erat.

Mereka menerima dengan penuh keheranan. Setelah menerima dia bilang terima kasih sambil senyum-senyum dan memutar sepeda motornya kembali melanjutkan perjalanannya.

Aku sendiri tidak tahu kenapa aku berbuat seperti itu. Aku baru sadar kalau kakiku terus mengeluarkan darah, meski gak banyak tapi rasanya perih juga. Lantas aku melanjutkan perjalanan menuju warnet yang masih 1 km lagi.

Sepulang dari warnet aku bercerita pada mami yang sedang ngerumpi di tetangga. Mereka kaget kog enggak kabur saja tadi. Aku cuma cengar-cengir dan garuk-garuk kepala.

"Kenapa aku enggak kabur ya? Padahal aku enggak punya duit.... Rasa tidak ingin memiliki yang bukan hak-ku sangat kuat tadi. Ah...biarlah buat amal saja!" pikirku.

Hikmah yang kudapat dari kejadian ini adalah selama 2 tahun menganggur akhirnya aku mendapat sebuah pekerjaan dan aku berprestasi. Begitulah kisah yang sarat penuh makna ini. Terkadang kita melakukan sesuatu tanpa kita sadari atau di luar kontrol kita. Tak hanya berbuat jelak saja, berbuat baikpun bisa tanpa kontrol. Ambil hikmah dari kejadian ini. Semoga bermanfaat. SEKIAN.

Tidak ada komentar: