Oleh:
Aswar
Semoga menjadi renungan terbaik hari ini.
Sederet kalimat kembali muncul di layar handphone. Kalimat indah dengan untaian hikmah penuh makna. Nasihat. Berbaur semangat untuk memantapkan jiwa di jalan Allah. Luka menganga dalam dada kembali meradang ketika jiwa merindukan-Nya. Tak peduli perih, semangat berkobar, membaja, tertanam azzam untuk memuliakan Islam dengan dakwah.
Begitu indah. Nasihat sang pelipu lara, guru spiritual yang kurindukan datang menyapa setiap langkah yang salah. Kembali dipaksakan untuk mengingat Allah agar hati terjaga untuk selalu bergantung pada kemahakuasaan-Nya. Siapakah yang telah mengenalkanku padanya? Dunia? Atau akhiratkah?
Kalimat yang begitu menggugah dan mengubah laksana permata tertanam dalam jiwa untuk kembali menggangungkan nama-Nya. Atas nama keimanan. Atas nama kelemahan. Atas nama kepasrahan. Kembali menghadap-Nya dengan lumuran dosa tak terhingga. Alangkah luas ampunan-Nya.
“Perasaan negatif, perasaan negatif adalah racun kehidupan. Mengenali penyebab racun itu dengan baik, sangat membantu dalam membasminya. Kebanyakan kemarahan itu penyebabnya ialah kebencian. Kebanyakan dendam itu penyebabnya ialah ketakabburan. Kebanyakan rasa susah itu penyebabnya ialah kurang syukur. Kebanyakan rasa sedih itu penyebabnya ialah sangkaan jelek terhadap Allah. Kebanyakan pesimisme itu penyebabnya ialah kurang yakin pada kemahakuasaan Allah. Semua perasaan negatif itu harus kita hilangkan dengan menghilangkan penyebabnya. Selamat berjuang untuk berperasaan positif selalu!”
Sebait kalimat memotivasi untuk menghilangkan segala sangkaan buruk, sangkaan jelek kepada sang Khalik. Alangkah hina sang hamba dengan dosa menggunung yang tak pernah disadari. Padahal mereka adalah calon penghuni surga sesuai titah kekasih Allah, khusus, asalkan tidak syirik.
Ada hal lain merupakan nikmat Allah yang kita selalu teledor atasnya. Nikmat dosa yang tak pernah Allah tampakkan. Kiranya dosa itu menimbulkan bau busuk, maka tak seorang jua pun dapat berada di samping orang yang berlumuran dosa.
Siapakah kolektor dosa yang mendambakan surga? Jawabannya, semua makhluk yang tidak tahu diuntung. Seperti itu kelalaian manusia kepada penciptanya hingga Dia (Allah SWT) berfirman, ‘qoliilam-maatasykuruun’. Sedikit sekali kalian (manusia dan segala makhluk di muka bumi) bersyukur kepada pemberi nikmat yang senantiasa kita sembah dan meminta rahmat serta maghfirah-Nya. Subhanallah, Maha Suci Allah. Kami bertobat kepada-Mu dengan segala kelemahan, kekurangan, dan ketawadhuan penghambaan di atas sajadah-sajadah kami.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar